Jakarta – Koordinator Nasional (Kornas) Serikat Jurnalis Nahdliyyin (SJN), Sarjan Lahay mengecam keras aksi bom bunuh diri di depan gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/03/2021)
Melalui release yang dikirim ke redaksi, Senin (29/03/2021), Sarjan menyampaikan keprihatinan mendalam atas tragedi kemanusiaan. Menurutnya aksi bom bunuh diri merupakan tindakan biadab yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan menciptakan suasana teror di masyarakat.
Menurut catatan SJN, tragedi ini menambah daftar hitam aksi teror di indonesia sejak 2000-2021. Dalam realise tersebut, Sarjan menyampaikan, aksi bom bunuh diri di Makassar merupakan aksi teror ke – 552.
“Pemerintah harus memastikan kenyamanan dan mengusut tuntas jaringan dan siapa saja kelompok yang terlibat didalamnya. Harus dihukum sesuai aturan yang berlaku,” tulis Sarjan
Ia yakin, bahwa aparat TNI dan Polri tidak akan tinggal diam membiarkan individu dan kelompok manapun dengan bebas dari tuntutan hukum.
“Kami pantau sejauh ini, pemerintah dan aparat lebih cepat mengambil tindakan. Bahkan telah mengantongi identitas pelaku”, paparnya
Sasaran serangan teror, tulis Sarjan periode 2000-2021 meliputi transportasi 3%, komersial atau pariwisata 3%, serta tokoh atau tempat religius 15%. Kemudian, misi diplomatik 2%, individu atau aset pribadi 24%, pemerintah 8%, polisi 17%, jurnalis atau media 2%, militer 7%, ruang atau tokoh publik 6%, dan paramiliter 1%.
“Sasaran utama aksi teror itu ada tiga, yaitu Individu atau aset pribadi, tokoh atau tempat keagaman dan aparat kepolisian”, jelasnya
Selain itu, tambah Sarjan, tipe serangan teror di Indonesia periode yang sama meliputi penculikan 1%, serangan tak bersenjata 4%, serangan pada fasilitas umum 8%, pemboman 51%, serangan bersenjata 30% dan pembunuhan 5%.
“Kebanyakan serangan teror cenderung berupa aksi-aksi pengeboman,” tulis Sarjan