Membumikan Pancasila Jadi Tema Seminar Sehari di Gorontalo

Peserta dan Narasumber Seminar Pancasila Sehari bertempat di Kantor GPIG Gorontalo, Jl Pendang Kalengkongan, Kota Gorontalo, Kamis 10 Juni 2021

Penadata, Kota Gorontalo – Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Protestan Indonesia Gorontalo (GPIG) menggelar seminar sehari dalam rangka membumikan Pancasila, yang dihadiri para pendeta, calon pendeta, aktivis lintas iman dan Mahasiswa di Gorontalo, Kamis (09/06/2021)

Agenda tersebut bertujuan mendorong agar Pancasila dapat dipahami dan dihidupi dalam dialog dengan hak sosial politik dan ekonomi sosial budaya, termasuk mengukur sejauh mana implementasi Pancasila dari dua aspek tersebut.

Hadir sebagai pembicara pada seminar tersebut diantaranya, Wawan Gunawan (Jakatarub Bandung), Jeirry Sumampow (Tepi Indonesia), Martin Sinaga (Tenaga Ahli BPIP) dan Samsi Pomalingo (Intelektual Muda NU).

Koordinator Advokasi Komite Nasional Lutheran Word Federation, Fernando Sihotang  menjelaskan, bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membumikan pancasila. Sebab menurutnya saat ini masih banyak masyarakat yang tidak memahami pancasila secara utuh.

“Pancasila harusnya dipahami secara paripurna sehingga pancasila itu bisa terejawantahkan dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial masyarakat, dari sabang sampai maraoke,” papar Fernando.

Sementara itu Wawan Gunawan selaku narasumber dalam dialog tersebut, mengatakan, pancasila merupakan komiteman yang telah di bangun oleh para pendiri bangsa. Sehingga ia katakan, komitmen ini harus terus dijaga dan dilestarikan.

“Teman-teman muda lintas iman harus meneruskan komitmen para pendiri bangsa dimana agama-agama ini tidak menjadi sekat ataupun perbedaan. Dalam menjaga warisan kita wajib melestarikan, mengembangkan dan menyebarkannya pada generasi-generasi baru lagi,” ujar Wawan

Samsi Pomalingo yang didapuk selaku pemateri juga menyampaikan, bahwa secara umum masyarakat Gorontalo saling menghargai satu sama lain,  tanpa memandang suku, agama dan ras. Hal tersebut bisa kita lihat dari nama jalan dan kampung  yang menunjukan identitas

“Misalanya saja di Gorontalo itu ada nama Jalan Bali, Manado, Makassar. Ada kampung Cina, Kristen dan kampung Arab yang sangat identitas”, tutur Intelektual Muda NU ini

Namun pria yang akrab disapa Romo ini menyebutkan bahwa dalam konteks keberagamaan, Gorontalo belum begitu matang dalam kebebasan beragama. “Kasus terakhir misalnya pendirian Asrama mahasiswa hindu dan peribadatannya di Kabupaten Bone Bolango sempat di tolak warga”, ujar Romo

Menurutnya, kebebasan beragama di Gorontalo perlu menjadi perhatian serius berbagai kalangan, terutama organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Ia yakin, Gorontalo akan baik-baik saja jika masih ada dua ormas keagamaan terbesar tersebut.

“Saya juga menghimbau dalam forum ini untuk mewaspadai kehadiran kelompok gerakan transnasional. Bapak –bapak dan Ibu-ibu tidak perlu khawatir jika masih ada NU”, pungkasnya

Pos terkait