Oleh: Ayu Wulandari – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Opini – Pandemi penyakit coronavirus (COVID-19) yang berasal dari kota Wuhan, China dengan cepat menyebar ke berbagai negara, dengan banyak kasus telah dilaporkan di seluruh dunia. India yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 1,34 miliar ini adalah negara dengan penduduk terbesar kedua di dunia yang sedang mengalami kesulitan dalam mengendalikan penularan penyakit sindrom pernapasan akut parah yaitu virus corona.
Mei 2021 kemarin, keadaan India semakin parah, India darurat Covid-19. Hal itu jelas merupakan keadaan yang sangat memprihatinkan di dunia. Pada tanggal 19 Mei 2020 WHO mengupdate informasi kasus Covid-19 di seluruh dunia, sebanyak 163.869.893 kasus dilaporkan dan sebanyak 3.398.302 dilaporkan meninggal dunia. Alhasil, India saat ini berada pada urutan ke 2 dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia dan Amerika berada pada urutan pertama.
Namun kini india terus melaporkan peningkatan kasus Covid-19 setiap harinya. Dalam sehari, india melaporkan rata-rata 378.000 kasus per hari, bersama dengan lebih dari 222.000 kematian. Hal ini merupakan data fakta yang mungkin saja akan membawa India berada pada urutan pertama dalam kasus penularan Covid-19. Lonjakan pasien Covid-19 ini bisa saja terjadi kepada negara-negara lain. Lalu bagaimana dengan nasib negara Indonesia?
Saat ini India adalah yang terburuk dalam menangani pandemi covid-19, penyebab kasus pandemi di India terus meningkat adalah ketidak tegasan pemerintah India dalam menangani pandemi yang akhirnya menyebabkan India krisis Covid-19 sampai Krisis Oksigen. Rumah sakit besar di India pun telah kehabisan cadangan oksigen mereka. Banyak pasien tidak mendapatkan oksigen bahkan keluarga pasien diminta untuk mencari oksigen sendiri dan rumah sakit kehabisan ruang untuk pasien.
Bagaikan gambaran china kedua saat diterjang tsunami Covid-19 pertama kalinya, di India korban-korban dari keganasan virus ini berjatuhan di jalan, pasien tidak tertata dengan rapi di rumah sakit sebab ketiadaan ruang yang cukup untuk menampung semua pasien, begitu penuh sampai tidak ada ruang lagi jika tidak ada yang meninggal dunia untuk memberi tempat bagi pasien lain.
Penyebab utama mengapa pandemi di India terus dengan cepat menyebar adalah adanya perizinan dari pemerintah untuk mengadakan festival keagamaan yaitu Kumbh Mela atau mandi suci bersama di sungai gangga festival agama ini dilakukan setiap 12 tahun sekali. Adanya festival keagamaan masyarakat India ini menyebabkan terkumpulnya masa dalam jumlah yang sangat banyak, menarik jutaan orang dari berbagai daerah di seluruh India untuk menyaksikan dan turut serta dalam festival tersebut dan dibukanya kembali tempat-tempat umum yang menyebabkan banyak keramaian seperti pasar tradisional ataupun tempat jual beli lainya.
Ditengah tengah daruratnya kasus Covid-19 India ditemukan pula Virus Covid-19 varian baru, mutasi hasil dari Covid-19. Mutasi baru ini tidak hanya menakuti India tetapi juga negara lain. Tidak semua masyarakat India diam di tengah-tengah tsunami Covid-19 yang melanda negara mereka. Beberapa diantara mereka memilih meninggalkan negaranya untuk beberapa waktu, dan salah satunya mengungsi ke Indonesia.
Melihat kasus dari India disebut akankah indonesia mengalami nasib yang sama? Dengan melihat aktivitas masyarakat indonesia yang sudah terlihat sangat bosan dengan aktivitas terbatas karena protokol kesehatan yang harus diterapkan oleh pemerintah. Apalagi, Indonesia dengan penduduk islam terbesar kedua didunia ini baru saja melaksanakan sholat idul fitri dan dibukanya kembali tempat-tempat wisata.
Ditengah-tengah adanya mutasi baru Covid-19 yang mulai mengkhawatirkan ini dan juga masih adanya WNA yang keluar masuk Indonesia salah satunya adalah dari negara mutasi virus corona pertama yaitu India. Masyarakat indonesia mulai kendur dalam mematuhi protokol kesehatan. Pada libur hari raya yang baru saja berlangsung tidak sedikit tempat wisata dibuka kembali dan hal itu tentunya menarik banyak pengunjung tanpa menerapkan protokol kesehatan.
Salah satu wisata yang dibuka saat hari libur kemarin adalah wisata pantai pangandaran, Jawa barat. Lautan manusia memenuhi area wisata pantai pangandaran tersebut pemandangan yang sama seperti di sungai gangga masyarakat berkerumun tanpa menjaga jarak dan tanpa memakai masker. Akankah wisata pantai pangandaraan menjadi tempat klaster penyebaran Covid-19 terbesar di Indonesia seperti festival mandi suci di sungai gangga?
Kini kasus Covid-19 di Indonesia terkonfirmasi sebanyak 1,758,898 dan 48,887 meninggal dunia. Bukan tidak mungkin lonjakan kasus Covid-19 akan terjadi melihat ketidak disiplinan masyarakat indonesia dalam mematuhi peraturan protokol kesehatan Covid-19 selain itu juga terdapat kasus penggunaan alat rapid test antigen bekas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang menjadikan salah satu cara penularan Covid-19. Betapa mirisnya kasus ini demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar tenaga kesehatan yang seharusnya berhati-hati dalam melakukan tes ini malah dengan sengaja melakukan kesalahan yang sangat fatal dan sangat merugikan pasien.
Tak hanya kasus penggunaan alat rapid test antigen bekas yang cukup meresahkan seluruh masyarakat Indonesia sebelumnya terdapat pula kasus pemalsuan surat keterangan bebas Covid-19. Kasus kasus tersebut merupakan hal yang sangat memprihatinkan tentunya dan bukan tidak mungkin akan adanya kasus baru semisal pemalsuan vaksin Covid-19 atau curangnya dalam pemberian tarif untuk vaksin.
Penyebaran virus Corona-19 ini tidak hanya mengancam kesehatan namun juga mengancam kesejahteraan negara, hal ini bisa terjadi karena Covid-19 telah banyak merubah perekonomian Indonesia. Apapun yang akan terjadi karena virus Corona-19 ini solusi terbaik untuk menekan persebaran virus Corona-19 menjadi lebih lambat adalah kerjasama antara Negara, masyarakat, satgas, tenaga kesehatan dan pemerintah.