Oleh: Adelia Putri Musthafa – Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
Opini – Kesehatan Mental merupakan salah satu faktor dari munculnya keluhan fisik akibat stress terhadap tekanan yang muncul dari berbagai aspek. Dilansir dari Medical News Today pada 13 April 2020, World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa kesehatan mental merupakan suatu kondisi dimana individu merasakan ketentraman dan damai dalam batin sehingga dapat mendorong individu untuk melakukan kegiatan secara produktif dan dapat berkontribusi terhadap sekitar.
Merasa sedih yang berkelanjutan tanpa sebab yang jelas dapat disimpulkan menjadi salah satu tanda mental kita mengalami kelelahan, hal ini juga berlaku saat kita merasakan kesulitan untuk mengontrol perasaan serta menyalurkan emosi yang kita rasakan. Apabila keluhan dirasa sangat mengganggu aktivitas harian atau tetap bertahan selama lebih dari satu minggu, hal ini merupakan tanda bahwa kita sebaiknya harus menemui ahli Psikologi Klinis untuk mendapatkan konsultasi yang tepat.
Indonesia mencapai angka 13,4% dari total keseluruhan populasi masyarakat Indonesia yang mengalami kecacatan yang disebabkan oleh gangguan mental.
Gambar 1. Beban Penyakit di Indonesia.
Adapun beberapa jenis gangguan jiwa yang menyerang 13,4% dari populasi masyarakat Indonesia seperti yang dilansir dalam Institute for Health Metrics and Evaluation antara lain adalah gangguan cemas, depresi, gangguan perilaku, skizofrenia, autis, gangguan perilaku makan, cacat intelektual, dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (AHDH) seperti data yang terlampir pada Gambar 1. Adapun dilansir dari Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, menunjukan bahwa usia remaja (15-24 tahun) terdapat persentase gangguan depresi sebesar 6,2% yang memiliki tendensi untuk menyakiti diri (self-harm) hingga keinginan untuk bunuh diri apabila terindikasi depresi tingkat berat. Jumlah kematian yang diakibatkan oleh bunuh diri di Indonesia pada tahun 2017 sesuai data yang dipublikasikan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI mencapai 789 kasus.
Gangguan mental kerap dihubungkan dengan ketidakmampuan seseorang untuk beriman dan bersyukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Tuhan. Diasosiasikan pada hal-hal yang tidak patut, hingga berlabel orang gila yang menyebabkan munculnya stigma negatif atas penderita kesehatan mental itu sendiri. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor beberapa orang takut untuk memeriksakan kesehatan mentalnya serta budaya turun temurun yang menganggap bahwa hal yang terlihat sehat hanya sesuatu yang berasal hanya dari fisik, tidak berlaku terhadap penyakit mental, sehingga kita menjadi tidak waspada terhadap kesehatan mental kita.
Paham atas kebutuhan turut menjaga kesehatan mental sejak dini merupakan langkah utama untuk mengurangi persentase kematian yang disebabkan oleh bunuh diri akibat tendensi depresi berat, mulai dari berlatih untuk meditasi sebelum maupun sesudah memulai kegiatan, mengurangi penggunaan social media yang berlebihan, mengelilingi diri dengan orang-orang yang sekiranya dapat mendorong untuk meningkatkan kualitas dan mengenali diri sendiri, serta berbagai cara lainnya untuk menjaga kesehatan mental kita.
Tidak sedikit bagi seseorang yang sedang mengalami gangguan mental menyadari bahwa apa yang sedang mereka rasakan adalah sebuah kondisi dimana mereka membutuhkan bantuan professional seorang Psikologi Klinis atau Psikiater untuk mencapai titik terang. Mengabaikan berbagai keluhan atas gejala yang dirasakan dapat memperparah kondisi seperti terganggunya aktivitas harian hingga membahayakan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan akan kesehatan mental.
Kita ambil contoh seseorang dengan penderita bipolar, yang kondisinya terbagi atas dua periode yaitu periode manik dan periode depresi. Dalam fase manik, penderita bipolar lebih cenderung merasa sangat senang yang berlebih hingga mengalami kesulitan tidur dan mengganggu pekerjaan yang sedang mereka hadapi. Beberapa waktu setelahnya atau pada masa periode depresi, mereka cenderung menutup diri hingga tidak ingin melakukan interaksi dengan siapapun, perasaan bahwa dirinya tidak berguna dan kemungkinan yang paling buruk adalah keinginan untuk mengakhiri hidup yang tinggi sehingga hal ini dapat membahayakan diri sendiri dan dapat berdampak pada orang-orang sekitarnya.
Apabila penderita bipolar tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami sebuah gangguan mental yang memerlukan rawat jalan seorang ahli, mereka akan mengira bahwa apa yang mereka rasakan hanya sekedar mood swing yang akan berlalu seiring berjalannya waktu. Karena gangguan mental tidak terlihat dengan kasat mata dan cukup kuat intensitasnya, akan tetapi hanya dapat dirasakan oleh penderita.
Stigma masyarakat atas gangguan hingga kesehatan mental dapat kita ubah melalui generasi penerus bangsa, melalui edukasi yang dimulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama dan penerapan dalam penjagaan kesehatan mental. Cek kesehatan mental secara rutin pun juga perlu kita lakukan agar kita dapat mendeteksi apabila ada kecenderungan kelelahan mental yang berpotensi menyebabkan gangguan mental, hal ini dapat dihindari melalui beberapa treatment atau konseling yang diberikan oleh ahli Psikologi Klinis. Akses untuk konsultasi ke Psikologi Klinis juga sudah semakin mudah, beberapa Puskesmas di berbagai daerah juga sudah memfasilitasi konsultasi dengan Psikologi Klinis yang dapat membantu kita untuk tracking kesehatan mental secara rutin.
Individu yang memiliki kesehatan mental yang baik, tentu dapat menggunakan potensi dan kemampuan dalam dirinya untuk melakukan hal-hal secara maksimal dalam menjalani tantangan hidup serta dapat menjalin hubungan positif kepada satu sama lain. Mereka juga dapat mengelola tekanan yang menyebabkan stress dengan baik sehingga kehidupan akan kembali sehat. Seseorang yang mengalami depresi cenderung menutup diri dan mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas harian, hal ini tentu akan menghambat diri untuk berkembang dan menjadi bermanfaat bagi satu sama lain.
Kedua aspek antara kesehatan fisik dan kesehatan mental merupakan sesuatu yang harus kita imbangi, karena apabila kesehatan mental kita terganggu maka secara otomatis kesehatan fisik kita dapat terpengaruh. Oleh karena itu, menurut pendapat penulis, memprioritaskan kesehatan mental sebagai prioritas utama kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mulai kita tingkatkan lagi, karena kesehatan mental merupakan akar dari kesejahteraan individu. Sudahkah kalian peduli dengan kesehatan mental masing-masing?