Penampakan Hantu Tambun di Gedung Sam Rat (4)

Ilustrasi Hantu (Sumber foto: Pixabay)

Penadata, Fiksi – Suasana menjadi haru-biru saat menyaksikan langsung Presiden ke-4 itu keluar dari Istana. Warga yang berkerumun di pertigaan jalan itu terus menangis, lantunan sholawat pun menghiasi tangisan mereka.  Henci dan Robin terpaku diam. Mata mereka berkaca-kaca, mulut terkunci.

Lalu, seketika tangisan mereka berdua pecah disaat seorang ibu menangis histeris di samping mereka. Bagi warga, Gus Dur bukan hanya presiden, tapi juga pemimpin dan ulama yang sangat sederhana. Sepertinya warga sangat tahu bagaimana sosok Gus Dur.

Bacaan Lainnya

Henci masih terus menangis, air mata dan liurnya menyatu dan menetes ke bawah. Sementara Robin berupaya menghentikan tangisannya. Ia sesekali mengusap air matanya.

Celana basah tadi tak lagi mereka hiraukan. Sepertinya itu bukan lagi penghalang mereka demi menyaksikan langsung tokoh panutan yang di lengserkan secara politis itu.

Saatnya mereka kembali ke kosan masing-masing. Situasi di pertigaan jalan masih menemani mereka menuju kosan. Rasa sedih melihat langsung proses pemakzulan sang pejuang kemanusiaan, menjadikan mereka lupa akan peristiwa hantu tambun di gedung sam rat.

Di perjalanan, Henci mendapat telepon dari salah satu seniornya.

Ia adalah senior yang sangat peduli kepada junior-juniornya. Di ujung telepon itu, seseorang menanyakan keberadaan Henci. Ia adalah Abdul, senior di organisasi perisai. Perisai adalah organisasi mahasiswa progresif yang lahir dari organisasi  tali jagat terbesar. Di organisasi perisai ini,  Henci dan Robin juga adalah anggota.

“Kalian ini lagi di mana? Saya sudah di depan gedung sam rat”

“Kami sudah pulang ke kos masing-masing, kak. Sedikit lagi saya mau sampai”, jawab Henci

Abdul merasa ada yang aneh. Ia merasa Henci baru saja menangis. Suaranya pelan tersedu-sedu

“Kenapa lagi kau Henci. Ada apa, kenapa menangis?”

Saat penampakan Hantu di gedung sam rat, Henci sempat menelpon Abdul untuk dimintai tolong. Namun Abdul saat itu tidak mengangkat telepon.

“Kenapa kau menelpon tadi?” tanya Abdul kembali

“Oh iya, kak. Tadi itu saya telepon untuk meminta kak Abdul segera datang. Robin pingsan melihat hantu”

“Hantu di mana?”, tanya Abdul

“Di gedung sam rat, kak. Perutnya besar, matanya merah dan bertanduk. Kami ketakutan. Makanya kami segera menelpon kak Abdul tadi”, terang Henci

Usai mendengar cerita Henci, Abdul ingin mereka berdua balik ke gedung sam rat. Namun ia langsung menyarankan Henci dan Robin untuk istirahat dan menenangkan diri.

Ia meyakinkan mereka untuk tidak perlu takut. Di ujung telepon, Abdul memberikan petunjuk untuk mengamalkan bacaan-bacaan agar terhindar dari  jin dan setan.

“Saya akan kirim doa-doa untuk kalian baca, ya”, kata Abdul

“Baik, kak. Saya tunggu”, ujar Henci

Ada 6 doa dan ayat pengusir jin dan setan yang dikirim Abdul untuk dibaca Henci dan Robin. Doa dan ayat apakah itu?

Bersambung

Djemi Radji

 

 

Pos terkait