Bicara data – Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap penduduk Indonesia. Bahkan dalam sistem kenegaraan Republik Indonesia, pendidikan menjadi salah satu poin yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Untuk itu, beberapa upaya dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satunya dengan mengalokasikan hingga 20 persen dari total anggaran setiap tahunnya untuk pendidikan.
Besarnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan. Hal ini karena pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas manusia dan dapat memperluas peluang seseorang. Manusia yang berpendidikan akan lebih memperhatikan tingkat kesehatan agar dapat hidup lebih lama dan sehat.
Selain itu, manusia yang berpendidikan juga berpeluang besar untuk mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih layak. Tercermin dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berbanding lurus dengan tingkat pendapatannya artinya semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula upah atau gaji yang diperoleh.
Dimensi pengetahuan dalam penghitungan pembangunan manusia terdiri dari dua indikator, yaitu harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalankan pendidikan formal. Sedangkan Harapan Lama Sekolah didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur 7 tahun di masa mendatang. Indikator rata-rata lama sekolah mencerminkan output jangka panjang atau investasi dari pembangunan pendidikan di masa lampau karena dihitung dari capaian lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas.
Sementara indikator harapan lama sekolah menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan pendidikan pada jangka pendek karena merupakan cerminan dari partisipasi sekolah di periode berjalan. Kedua indikator ini kemudian diagregasikan menjadi indeks pendidikan dalam penghitungan IPM. Dalam kurun 2012-2020, indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Dalam kurun waktu tersebut, harapan lama sekolah di Gorontalo meningkat dari 11,78 tahun (2012) menjadi 13,08 tahun (2020). Pada tahun 2020 Harapan Lama Sekolah hanya meningkat 0,15 persen (0,02 tahun), sedikit lebih lambat dibandingkan peningkatan tahun sebelumnya yang mencapai 0,23 persen (0,03 tahun).
Harapan lama sekolah sebesar 13,08 tahun memiliki arti bahwa anak-anak usia 7 tahun di Gorontalo berpeluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga Diploma I. Peningkatan harapan lama sekolah tersebut dapat mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan partisipasi sekolah di Gorontalo yang berarti bahwa semakin banyak penduduk Gorontalo yang bersekolah.
Peningkatan HLS pada tahun 2020 dipengaruhi oleh peningkatan Angka Partisipasi Sekolah (APS) seluruh kelompok umur Pendidikan yaitu 7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24 tahun. Peningkatan tertinggi terjadi pada APS 13-15 tahun (0,16 point persen), diikuti APS 19-24 tahun (0,07 poin persen), sementara dua kelompok umur lainnya mengalami penurunan yaitu APS 7-12 tahun (-0,04 poin persen) dan APS 16-18 tahun (-0,01 poin persen).
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah masih rendahnya APS 19-24 tahun yang capaiannya masih dibawah 40 persen. Padahal kelompok umur ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembangunan manusia. Hal tersebut dimungkinkan karena ketersediaan dan jumlah daya tampung perguruan tinggi yang lebih sedikit dibandingkan jumlah lulusan sekolah menengah atas. Selain itu, hal lain yang juga berpengaruh adalah tingginya biaya pendidikan di perguruan tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan di bawahnya.
Sementara itu, rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Gorontalo di masa pandemi juga meningkat dari 7,69 tahun (2019) menjadi 7,82 tahun (2020) atau meningkat 1,69 persen (0,13 tahun). Peningkatan ini lebih lambat dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,08 persen (0,23 tahun). Rata-rata lama sekolah sebesar 7,82 tahun memiliki arti bahwa pada tahun 2020 penduduk yang berusia 25 tahun atas di Gorontalo rata-rata telah menyelesaikan pendidikannya hingga kelas VII (SMP kelas II).
Meskipun kedua indikator pendidikan tersebut sama-sama meningkat, namun pertumbuhannya memiliki kecepatan yang berbeda. Tercatat, indikator rata-rata lama sekolah tumbuh lebih cepat dibandingkan indikator harapan lama sekolah. Rata-rata lama sekolah Gorontalo rata-rata tumbuh sebesar 1,54 persen per tahun, sedangkan harapan lama sekolah tumbuh rata-rata sebesar 1,32 persen per tahun. dimana peningkatan pada rata-rata lama sekolah cenderung lebih landai dibandingkan peningkatan pada harapan lama sekolah.
Secara alamiah peningkatan rata-rata lama sekolah sangat dipengaruhi oleh peningkatan angka partisipasi sekolah (APS) kelompok umur 19-24 tahun, terutama angka partisipasi sekolah umur 24 tahun. Terkait hal ini, upaya peningkatan dimensi pendidikan dapat difokuskan pada peningkatan angka partisipasi sekolah kelompok 19-24 tahun karena dapat sekaligus meningkatkan indikator HLS dan RLS secara bersamaan.
Jika dibandingkan dengan provinsi lain, capaian harapan lama sekolah Gorontalo tergolong cukup tinggi. Capaiannya pada tahun 2020 telah mencapai 13,08 tahun di atas capaian nasional yang sebesar 12,98 tahun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa secara nasional, partisipasi sekolah di Gorontalo relatif lebih tinggi dari capaian nasional.
Harapan lama sekolah tertinggi dicapai oleh DI Yogyakarta, yaitu mencapai 15,58 tahun. Artinya, anak usia 7 tahun di DI Yogyakarta memiliki harapan atau peluang dapat bersekolah hingga 15,59 tahun atau setara dengan lulusan Diploma III. Hal ini wajar, karena DI Yogyakarta yang merupakan Kota Pelajar memiliki banyak perguruan tinggi sehingga partisipasi sekolah di wilayah ini pun tinggi. Di sisi lain, Papua memiliki harapan lama sekolah rendah, yaitu sebesar 11,08 tahun yang berarti bahwa anak usia 7 tahun di sana memiliki harapan bersekolah hingga 11,08 tahun atau setara dengan kelas I SMA.
Rata-rata lama sekolah di Gorontalo pada tahun 2020 adalah sebesar 7,82 tahun. Artinya, pada periode tersebut, penduduk usia 25 tahun ke atas di Gorontalo merupakan lulusan SMP kelas I. Sementara di level nasional, penduduk Indonesia usia 25 tahun ke atas pada umumnya merupakan lulusan SMP kelas II.
Di sisi lain, capaian rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Gorontalo masih tergolong rendah. Jika di harapan lama sekolah, Gorontalo berada di atas nasional, namun untuk rata-rata lama sekolah Gorontalo berada di bawah nasional. Artinya, tingkat pendidikan penduduk usia 25 tahun ke atas di Gorontalo lebih rendah dibandingkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Indonesia pada umumnya.
Capaian rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Gorontalo terus meningkat setiap tahunnya, selisih capaiannya berada sedikit di bawah dengan capaian nasional. Dalam kurun 2012-2020 rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Gorontalo bertambah sebesar 0,90 tahun, sementara capaian nasional bertambah sebesar 0,89 tahun pada periode yang sama. Pertumbuhan rata rata lama sekolah di Gorontalo berkisar 1,54 persen per tahun, sedangkan rata-rata lama sekolah secara nasional tumbuh sebesar 1,40 persen per tahun.
Secara umum, capaian rata-rata lama sekolah provinsi-provinsi di kawasan Sulampua pada tahun 2020 memiliki deviasi yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 6,69 tahun (Papua) hingga 9,93 tahun (Maluku). Pada periode tersebut, terdapat lima provinsi di kawasan Sulampua yang memiliki capaian RLS di atas nasional, yaitu Sulawesi Tengah (8,83 tahun); Sulawesi tenggara (9,04 tahun); Maluku Utara (9,04 tahun); Sulawesi Utara (9,49 tahun); dan Maluku (9,93 tahun).