Penadata, Fiksi – Usai makan dan minum obat, Robin tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Henci. Bagi Robin, Henci sudah dianggap kakaknya sendiri. Henci bagi Robin adalah tempat berkeluh kesah untuk menyampaikan segala uneg-unegnya. Begitupun sebaliknya.
Suatu hari, usai memfasilitasi pengajian para Kiai, Robin menyampaikan kegelisahannya kepada Henci terkait organisasi biru kuning terbesar itu terus saja berkonflik. Menurutnya, organisasi itu sejatinya mengurusi Kader dan Anggota, bukan mengurusi konflik.
Kegelisahan Robin ditanggapi Henci. Tanggapannya atas dasar kenyataan akan tetapi sedikit teoritis.
“Bin, namanya berorganisasi itu pasti ada konflik. Setiap organisasi seperti itu”, kata Henci
“Konflik di organisasi itu ada dua hal; Konflik Struktur dan Konflik financial. Silahkan kau pelajari saja ketika ada organisasi itu berkonflik, pasti tidak lari dari dua hal tadi, bin”, lanjut Henci
“Contohnya seperti apa?”, tanya Robin
“Oke!”
Henci lalu menggambarkan dan mengulas konflik-konflik yang terjadi di tubuh organisasi termasuk partai politik.
“Kau tahu tidak, apa yang terjadi di tubuh Universitas Tali Jagad yang konfliknya hingga saat ini tak pernah habis-habis?”, tanya Henci
“Memangnya ada konflik apa di situ?”, tanya Robin
“Jelas kalau kita lihat,ya. Di sana ada dua konfik yang sedang terjadi. Pertama, Konflik jabatan dan kedua konflik financial. Di Universitas ini, kelompok yang merasa berjuang dalam pendirian kampus itu ditendang dan tidak lagi ikut campur oleh kepala kampus”
“Kelompok yang ditendang merasa bahwa kepala kampus sewenang-wenang. Sementara kepala kampus menuding bahwa kelompok tersebut tidak mampu menunjukan pertanggungjawaban keuangan yang pernah dikelola kelompoknya”
“Hmmmh, jadi begitu ya?”, gumam Robin
“Lah, iya”
Selain itu Henci mengisahkan sedikit soal konflik ditubuh partai politik yang didirikan oleh para elit di organisasi tali jagat terbesar di dunia di tahun 1998. Partai Hijau Bintang Songo itu berkonflik pada tahun 2005.
“Ada lagi konflik yang kau bisa lihat dengan cermat, Bin”
“Konflik apa lagi, Hen?”
“Kau masih ingat bagaimana perseturuan antara Mimin dan Ad-dhakhil?. Ini Jelas-jelas konflik Struktural (Jabatan). Partai ini konflik dan pecah menjadi dua. Ada versi Mimin dan versi Ad-dakhil”
Diketahui, Ad-dakhil yang kala itu memecat Mimin karena dianggap “main sendiri ke Istana”. Ad-dakhil menilai Mimin bersikap mendua alias tidak dengar-dengaran kepada Dewan Syuro Partai yang tak lain adalah Ad-dakhil sendiri.
Dalam pandangan mantan Ketua Umum Tali Jagat itu, Mimin yang tak lain adalah kemenakannya sendiri berkali-kali melakukan offside. Ia dituding gagal mengatur partai, kedapatan bermain mata dengan pemerintah. Selain itu, ia juga dituding punya ambisi menjadi Wakil Presiden 2009 dan turut berkonspirasi dengan jendral-jendral yang berupaya menggulingkan Ad-dakhil selaku Ketua Dewan Syuro Partai Hijau Bintang Songo
Namun, upaya Ad-dakhil mengambilalih partai yang ia dirikan kandas di tengah jalan. Mimin menang di pengadilan saat gugatan. Dari sini, perseteruan keluarga Ad-dakhil dan Mimin mulai di tabuh. Mimin CS dinilai memelintir peristiwa. Menurut mereka, bahwa perseteruan antara Ad-dakhil dan Mimin adalah rekayasa konflik. Padahal sudah ada penjelasan Putri Sulung Ad-dakhil, Alissa Ad-dakhil.
Di sana dengan terang menjelaskan bahwa bapaknya bukan perekayasa konflik. “Seorang Ad-dakhil tak mungkin mempermainkan mekanisme hukum sampai di Mahkamah Agung untuk mendapatkan kejelasan hukum mengenai partainya, hanya demi rekayasa. Ad-dakhil adalah pejuang demokrasi, yang setia dengan prinsip keadilan dan pembebasan”, tulis Alissa
“Mereka yang percaya bahwa Bapak merekayasa konflik sampai memanfaatkan proses demokrasi hukum, sama saja percaya bahwa Ad-dakhil bukan pejuang demokrasi sejati. Ia dianggap sama dengan mereka-mereka yang memanfaatkan hukum untuk kepentingan kekuasaan. Bagi saya, ini adalah penghinaan besar bagi perjuangan dan karakter Ad-dakhil”, tandasnya lagi
Robin mulai paham usai mendengar penjelasan Henci. Di sisi lain, Robin pesimis untuk berorganisasi.
“Kalau bagitu, kita mundur saja dari organisasi biru kuning, Hen”, kata Robin
“Tak perlu keluar”
“Kenapa begitu?”
“Karena kita bukan pengurus dan aktif di situ”
“Betul juga, ya”
“Kita harus bangga menjadi bagian dari organisasi ini. Meski kita bukan pengurus atau pun tidak pernah dihargai. Karena sejatinya berorganisasi itu tujuannya bukan berkonflik, tapi belajar dan berproses. Ketika ada konflik yang terjadi, kita tidak perlu ikut-ikutan”, terang Henci
“Okelah kalau bagitu” kata Robin
Tak terasa malam sudah mulai larut. Henci pamitan balik ke kos. Mereka berdua diminta Abdul untuk datang lagi ke Gedung Sam Rat pada besok sore. Di tengah perbincangan Abdul mengirim pesan bahwa mereka berdua diminta datang. Abdul sepertinya ingin menantang Hantu Tambun yang sudah berani menampakan dirinya. Sebagai orang yang tidak pernah takut dengan Hantu itu ingin menguji nyalinya. Selain itu, ia ingin sekali melihat sosok Hantu yang telah menakuti juniornya hingga kencing di celana.
Sepertinya Abdul bukan hanya menunjukan kepedulian sebagai senior, akan tetapi ia juga punya upaya agar Hantu itu bisa keluar selamanya dari Gedung Sam Rat. Ini adalah upaya Abdul meminimalisir agar tidak ada lagi korban selanjutnya.
Setelah sepuluh meter beranjak dari kosan Robin, Henci langsung teringat konflik terbaru di tubuh tali jagat. Ia langsung berbalik arah dan menuju kamar Robin.
“Robin..robin..”
“Ya, ada apa lagi, Hend”
“Besok, saat kita sudah tiba di gedung Sam Rat, aku akan ceritakan padamu bagaimana konflik terbaru di tubuh tali jagat. Kalu aku lupa, ingatkan ya”, kata Henci
Mampukah Abdul mengusir Hantu Tambun di gedung Sam Rat? Dan konflik terbaru apa yang akan diceritakan Henci kepada Robin? Akan diulas pada sesi tujuh dan hanya di penadata.id
Bersambung…
Djemi Radji