GORONTALO – Dewan Pembina Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Kota Gorotalo, Ustadz Kadir Lawero mengatakan, bahwa konsep Nasionalisme dan Religius itu tidak bisa dipisahkan. Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan pada acara pembukaan MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) yang digelar oleh IPNU-IPPNU, yang bertajuk, “Membangun Moderasi Beragama di kalangan Pelajar yang Berlandaskan Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah An-nahdliyah” bertempat di Gedung Aula MTSN 1 Kota Gorontalo, Minggu (7/11/2021).
“Ada alasan-alasan tertentu Allah itu menciptakan kita bersuku-suku, berbangsa-bangsa, bukan hanya sekedar dibaca, bukan hanya sekedar dipahami, tapi juga harus dikontekstualisasikan, dalam kehidupan. Bukan hanya kehidupan beragama saja, tapi juga dalam kehidupan bernegara,” Jelas Ustadz Kadir
“Makanya mengapa, tokoh-tokoh, para kiai kita, atau para pendiri bangsa kita, Hadratus Syaikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari, dan kiai-kiai yang lain terlebih khusus itu menggagas tentang konsep nasionalisme dan religiusitas, bahwa religius-nasionalisme itu tidak bisa dipisahkan,” tambahnya
Karena itu, menurutnya, pelaksanaan kegiatan MAKESTA tersebut, bertujuan untuk membentuk kepribadian, karakter, pemikiran islam ahlussunnah wal jama’ah, agar keindonesiaan itu dapat dipahami secara utuh oleh peserta.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, pihaknya menggagas tema kegiatan mengenai literasi keagamaan tersebut, alasannya bahwa tantangan IPNU-IPPNU kedepan sudah semakin banyak.
Menurutnya, dunia literasi itu, tidak hanya berkaitan dengan agama, namun semua seluk beluk pengetahuan, baik sejarah, sosiologi, agama, pun kebudayaan. Kata dia, kalangan pelajar nahdliyin mesti memahami literasi tersebut.
“Warga nahdliyin khususnya dikalangan pelajar itu, harus memahami apa yang disebut identitas. Identitas itu berkaitan dengan dua hal. Pertama, adalah nasabnya, garis kekeluargaannya. Kedua berkaitan dengan sanadnya. Jadi islam harus dipahami dari dua sudut pandang itu,” jelas Ustadz Kadir
Ia menambahkan, pengetahun agama itu, tidak seperti pengetahuan lain. Katanya beragama itu, sanad dan nasab mesti dipahami, agar bisa diketahui ajaran apa yang dipeluk, atau bisa tahu dari mana kita dilahirkan.
Semua agama itu mengajarkan kebaikan, tapi kata dia, kebaikan itu tidak hanya sebatas diucapkan, tapi juga harus dipelajari, “Agar kita tidak mudah mencecar, atau mengklaim kelompok-kelompok lain, yang selama ini, itu mengatasnamakan islam. Tapi kemudian tidak paham, tentang dua hal itu (nasab dan sanad),” tandasnya