Guru Membebaskan

Oleh : Djemi Radji

Tak lama lagi kita akan memperingati kepergian sang Guru. Guru pejuang kemanusiaan, yang dicintai semua manusia dari pelbagai latar belakang sosial. Ketika ada manusia tersakiti, keterbatasan fisik bukan penghalang niatnya memperjuangan apa yang diyakini itu adalah praktik penistaan terhadap manusia lainnya. Ia gigih membela tanpa syarat.

Kepulangannya tentu mengisahkan tangis yang amat dalam. Terutama bagi pendukung dan orang-orang yang senantiasa menyemai pemikirannya. Dia adalah Guru sederhana, dengan gigih membebaskan manusia lain dari belenggu ketidakadilan dan diskriminasi.

Jika ditelusuri jejak sang Guru, ia adalah adalah ikon bangsa yang konsisten dalam memaknai kemanusiaan. Ia mengabdikan diri kepada kemanusiaan dan manusia. Manusia dan kemanusiaan adalah fokus utamanya

Sandarannya dalam membebaskan manusia dari belenggu manusia lain sangat terang tergambarkan dalam universal kemanusiaan yang pernah dikonsepsikan al-Ghazali dan al-Syathibi yakni hak beragama/berkeyakinan (hifzh al-Din), hak hidup (hifzh al-Nafs), hak berpikir/berpendapat (hifzh al-‘Aql), hak atas kehormatan tubuh dan kesehatan reproduksi (hifzh al-‘Irdh wa al-Nasl) dan hak kepemilikan atas harta/benda (hifzh al-Mal).

Ia tak hanya pembaca yang baik, tapi juga pengamal atas bacaan-bacaanya. Sang Guru membela hak beragama Kong Hu Cu, mengusulkan pencabutan TAP MPR XXV tahun 1966 (tentang pelarangan Komunisme, Leninisme, dan Marxisme), membela pedangdut Inul Daratista, Ahmadiyah, dan berbagai individu maupun kelompok lain yang tertindas dan terdiskriminasi. 

Pembelaan-pembelaan ini yang kadang sering tak dimengerti dan disalah mengerti banyak orang. Orang lain sedang fokus membela Tuhan dan agama, tapi sang Guru lebih fokus membela kemanusiaan. Bagi sang Guru, Tuhan sudah maha segalanya. Baut apalagi dibela.

Sang Guru tak pernah haus pujian dan kehormatan, badai kritik dan caci maki yang menjatuhkan datang dari sana-sini, tak gentar, ia tetap konsisten dengan gagasan dan pembelaannya.

Baginya, membebaskan manusia dari berbagai belenggu merupakan wujud keimanan kepada sang pencipta dan seruan agama. Sebagaimana pandangannya, bahwa menistakan manusia sama halnya menistakan sang pencipta. 

Dia adalah Abdurrahman “Addakhil” Wahid, Guru Kita, Guru membebaskan. 

“Selamat Hari Guru”, tulis mereka di sosial media

 

Pos terkait