Darurat Ekologis Gorontalo, Japesda Minta Pemerintah Lakukan Mitigasi Bencana

Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) meminta Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Kabupaten/Kota untuk segera menerapkan mitigasi bencana. Di antaranya melakukan pengamatan dan penelusuran di tempat yang rawan banjir.
Foto ilustrasi banjir (pixabay)

Gorontalo – Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) meminta Pemerintah Provinsi Gorontalo dan kabupaten/kota untuk segera menerapkan mitigasi bencana. Di antaranya melakukan pengamatan dan penelusuran di tempat yang rawan banjir. 

Japesda juga meminta pemerintah harus membuat peta sederhana (lokasi rawan banjir) disertai dengan rute pengungsian, lokasi posko dan lokasi pos pengamatan banjir.

Bacaan Lainnya

“Kita juga meminta pemerintah untuk melakukan distribusi bantuan bagi korban banjir secara cepat, tepat, dan terukur,” kata Sri Dewi Jayanti, Sekertaris Japesda, Minggu (20/3/2022).

Selain itu, kata Dewi, mereka juga meminta pemerintah daerah di seluruh wilayah Gorontalo untuk mengoreksi dan mengevaluasi kebijakan pembangunan yang beresiko tinggi terhadap lingkungan hidup dan keselamatan warga secara menyeluruh.

“Kami menghimbau kepada warga yang berada di lokasi rawan banjir untuk tetap terus waspada terhadap banjir susulan, dan tetap terus menjaga kesehatan,” ucapnya

Sebelumnya, beberapa hari ini, banjir kembali mengintai sejumlah wilayah di Provinsi Gorontalo. Banjir merupakan peringatan keras bagi pemerintah baik itu level kabupaten, kota, atau provinsi di Gorontalo. 

Terkini, Sabtu (19 Maret 2022) lalu, banjir melanda beberapa Kecamatan yang berada di Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, dan Kabupaten Pohuwato.

Banjir yang rutin ini menunjukkan bahwa Gorontalo berada pada situasi darurat ekologis. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, banjir kali ini terjadi di empat Kecamatan di Kabupaten Gorontalo. 

Total ada lebih dari 400 kepala keluarga yang terdampak. Banjir tersebut diakibatkan oleh meluapnya tiga sungai besar: Sungai Biyonga, Alo-Pohu, dan Molowahu.

Urusan banjir memang bukan persoalan baru di Gorontalo, khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, banjir pernah memporak-porandakan Kota Gorontalo dan sekitarnya selama dua pekan berturut-turut.

Pada tahun 2021 lalu, banjir bahkan menelan korban jiwa di wilayah Kabupaten Gorontalo. Cuaca ekstrim yang kerap terjadi, membuat banjir bisa terjadi kapan saja. 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Gorontalo mengeluarkan laporan tentang potensi hujan lebat yang masih akan melanda wilayah Gorontalo dalam beberapa hari ke depan.

Pos terkait