Gorontalo – Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Boalemo secara tegas menyatakan dukungan atas hasil rekomendasi Alim Ulama Gorontalo yang digelar pekan lalu, Rabu (18/9/2022). Forum Alim Ulama tersebut melahirkan 19 rekomendasi, salah satu diantaranya supremasi peran syuriah.
“Atas nama pimpinan cabang gerakan pemuda Ansor mendukung penuh hasil pertemuan tersebut. Sebagai kader muda NU, gerakan pemuda Ansor adalah masa depan NU, dan NU masa depan adalah Ansor, tentu hal ini penting untuk dilakukan, yakni reformasi Syuriah, mengembalikan peran Syuriah yang sebenarnya”, kata Kasim Maliu Ketua PC GP Ansor Kabupaten Boalemo, Senin (23/5/2022).
Menurut Kasim, bahwa selama ini posisi Syuriah selaku pimpinan tertinggi di nahdlatul ulama dianggap bukan bagian penting dalam perumusan kebijakan maupun pengambilan keputusan organisasi. Fenomena yang terjadi ini, kata Kasim itu berlaku hampir di semua level kepengurusan NU.
“Selama ini kita melihat dan menyaksikan bahwa di tingkat wilayah dan cabang, posisi Syuriah hanya sebagai pembaca Doa, bahkan sangat miris di beberapa kabupaten tanfidziah menjadi dominan dalam setiap pengambilan keputusan, tanpa persetujuan Syuriah sehingga hal ini perlu diluruskan. Bagi kami, NU adalah mobil besar, dan pemilik mobil nya itu adalah Syuriah. Sementara posisi tanfidziah ibarat sopir atau pembantu”, paparnya.
Di sisi lain, Kasim juga menilai, bahwa NU hanya dijadikan alat untuk meraih jabatan tertentu oleh para oknum. Itu berarti, lanjut kasim, oknum-oknum seperti ini hanya memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadi, bukan untuk berkhidmat di NU.
“Merefleksi tanfidziah pada periode periode sebelumnya, yang berlatar belakang politisi dan birokrasi, NU masih jauh dari harapan. Justru NU hanya dijadikan batu loncatan untuk meraih kekuasaan. Maka saat ini NU sudah harus kembali khittah, bahwa calon tanfidziah harus berlatar belakang santri, atau berjiwa Santri. NU itu adalah kebangkitan Ulama, bukan kebangkitan para birokrasi untuk meraih kekuasaan”, tegasnya.
“Untuk itu, selaku pimpinan di GP Ansor Boalemo, kami mendukung figur santri sebagai tanfidziah. Dan sangat pantas memimpin tanfidziah PWNU Gorontalo adalah figur seperti KH Rasyid Kamaru, tokoh pemersatu, memiliki ilmu agama yang sangat mumpuni, berakhlak dan beradab tinggi” ucapnya
“NU kemudian tidak alergi soal jabatan dalam struktur kenegaraaan, silahkan saja, dengan syarat jabatan itu bermanfaat untuk jam’iyah NU, yang paling penting adalah hikmat di NU, jika jabatan itu kita miliki anggap saja itu adalah bonus dari sebuah penghikmatan, tetapi bukan tujuan,” saumbungnya

Sebelumnya, pada mubes Forum Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) Gorontalo yang digelar Rabu (18/5) pekan kemarin, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Kabupaten Pohuwato KH Abdullah Aniq Nawawi yang menjadi juru bicara pertemuan itu menjelaskan, bahwa forum alim ulama NU itu diselenggarakan berdasarkan suara dari kalangan kultur NU, termasuk suara dari kalangan pondok pesantren NU di Gorontalo.
“Salah satunya yang menjadi pembahasan kami ialah, bagaimana tegaknya supremasi kepemimpinan Syuriah. Agar setiap kebijakan umum yang diputuskan perhimpunan NU melalui pertimbangan dan arahan syuriah, termasuk masukan dari pimpinan pondok NU, karena di dalam NU selain menjunjung tinggi istisyarah (bermusyawarah), kita juga sangat mempercayai istikharah (petunjuk dari Allah). Itulah mengapa pimpinan tertinggi kita adalah Syuriyah, karena beliau-beliau ini adalah Kyai i yang dianggap mumpuni dalam kedua hal itu,” kata Gus Aniq sapaan akrabnya dikutip dari nulondalo.online
Gus Aniq yang juga Akademisi di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) itu juga mengatakan, selain tegakknya supremasi syuriah sebagaimana yang ditekankan Rais A’am PBNU KH Miftachul Akhyar pada khutbah iftitah di muktamar lalu, forum itu juga merumuskan adanya program-program strategis ditiap level kepengurusan NU, baik ditingkat PW dan PC.
“Misalnya ya, memastikan Lembaga-lembaga NU di tiap level kepengurusan memiliki program kerja yang jelas, terukur dan mampu berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian visi-misi NU, khususnya proses penguatan ‘amaliyah, fikrah dan harakah NU, perhatian kepada warga nahdliyyin, lingkungan, dan hal-hal lain. Semua itu dalam rangka mendukung visi besar muktamar lalu, yaitu merawat jagat dan membangun peradaban. Tentu semua akan kita lakukan secara perlahan sesuai kemampuan kita,”terangnya
Forum alim ulama NU ini juga kata Gus Aniq, menyampaikan sebuah aspirasi terkait pemimpin tanfidziyah ke depan betul-betul mempertimbangkan akhlak dan adab seorang santri, seperti penghormatan pada kyai dan syuriyah, juga kedekatan pada pesantren dan kultur NU.
“Selain dua poin tadi, forum ini menyepakati bahwa dalam pemilihan ketua tanfidz di berbagai level nantinya, akan memprioritaskan seorang figur “santri” yang memiliki nilai-nilai akhlak dan ideologi Aswaja an-Nahdliyah,”jelas Gus Aniq yang juga merupakan Ketua PCI NU Maroko