Bintang Wicaksono – Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
PAPUA sejarahnya ditandai oleh konflik selama puluhan tahun antara kelompok pasukan keamanan Indonesia dan kelompok pro-kemerdekaan Papua. Sejak kemerdekaan Indonesia pemerintah Indonesia masih berkonflik dengan belanda masalah Papua, pada tahun 1949 Belanda dan Indonesia terlibat konflik perebutan irian barat permasalahan ini dilatarbelakangi oleh belanda yang tidak mau membicarakan masalah Irian barat dengan Indonesia.
Dengan diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 23 Agustus sampai 2 September 1949, permasalahan tersebut belum terselesaikan karena Belanda masih enggan membicarakan masalah tersebut dengan Indonesia. Dikarenakan masalah tersebut masih berlangsung Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno mengeluarkan operasi Trikora pada tahun 1961, dilaksanakan nya operasi Trikora menandakan bahwa Bangsa Indonesia sudah siap dengan segala resiko yang akan ditanggung.
Tri Komando Rakyat atau di singkat Trikora merupakan salah satu upaya Bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian Barat (Papua) ke pangkuan Indonesia dari tangan Belanda. Papua ingin di jadi sebagai boneka oleh Belanda, mendengar hal ini Soekarno tidak tinggal diam pada tanggal 6 Maret 1961, dibentuk korps tentara kora 1 yang dikomandoi oleh mayor jenderal Soeharto.
Tujuan trikora yang dipidatokan Soekarno yaitu; Gagalkan tujuan belanda untuk menjadikan Papua negara boneka; Kibarkan saka merah putih di Papua; dan Bersiaplah untuk mobilisasi umum. berdasarkan hal itu Belanda mendengar bahwa akan ada operasi penyerangan besar-besaran ke Papua. Belanda mulai bersikap baik dan ramah kepada penduduk asli Papua. Cara Belanda mengambil hati orang-orang Papua dengan membentuk komite nasional Papua pada 19 oktober 1961.
Tidak sampai itu saja pada tanggal 4 April 1960 Belanda mengirim Kapal Induk HNLMS Karel Doorman dengan alasan untuk dijadikan Pameran Bendera (Vlagvertoon) dan beberapa kapal perang Belanda lainnya . Belanda juga membuat pasukan pertahan yang berisi orang orang Papua dan mulai di latih Korps tersebut Bernama Papoea Vrijwilligers (Relawan Papua).
Sebenarnya Korps tersebut akan dibentuk pada tahun 1950 tetapi karena permasalahan yang dihadapi belanda korps tersebut mulai dilatih pada 1960 karena keterlambatan perencanaan tersebut banyak orang orang di Korps tersebut kurang berpengalaman. Kurang nya jam terbang dan Latihan korps Relawan Papua ini banyak yang terbunuh dan tertangkap oleh TNI pada saat Hari penyerbuan ke irian barat, tetapi tidak sedikit juga TNI yang tertangkap oleh pasukan Belanda dan Relawan Papua.
Sejarah Papoea Vrijwilligers (Relawan Papua) berkaitan erat dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), pada tanggal 28 juli 1965 Lahirnya OPM di kota Manokwari pada tanggal itu ditandai dengan penyerangan orang-orang Arfak terhadap barak pasukan Batalyon 751 (Brawijaya) dimana tiga orang anggota kesatuan itu dibunuh.
Picu “proklamasi OPM” yang pertama itu adalah penolakan para anggota Batalyon Papua (PVK = Papoea Vrijwilligers Korps) dari suku Arfak dan Biak untuk didemobilisasi, serta penahanan orang-orang Arfak yang mengeluh ke penguasa setempat karena pengangguran yang tinggi serta kekurangan pangan di kalangan suku itu.
Papua sebagai the biggest tropical Rain Forest ketiga di dunia, setelah hutan hujan Kongo dan Amazon. 2010 tahun lalu 94% Papua di tutupi wilayah hutan alam. Papua diperkaya oleh sumber daya alamnya seperti Emas, Mineral dan Tembaga.
Kelebihan akan Kekayaan Sumber daya Alam Papua membawa pada Konflik berpeluru di Papua. Kegiatan Bisnis besar berbasis Sumber Daya Alam contohnya Perkebunan Kelapa Sawit, Pertambangan, Penebangan Kayu. Dampak dari Bisnis tersebut mempengaruhi komunitas lokal bahkan sampai melumpuhkan mata pencaharian, International Crisis Group berbicara bahwa sebenarnya Pemerintah Indonesia telah memperingati Perusahan-perusahan Raksasa tersebut untuk tidak mengabaikan HAK Adat-adat Komunitas lokal Papua.
Ironisnya, Pemerintah juga lalai terhadap usaha-usaha mengirimkan Pasukan Perdamaian ke Papua, TNI dan Polri yang dikirim ke Papua untuk menjaga kedamaian kerukunan agar terasa nyaman, malah berubah menjadi mimpi buruk bagi Masyarakat lokal Papua, desasus tentang pembunuhan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan TNI dan Polri terhadap Masyarakat Lokal di tutup-tutupi oleh Pemerintah sendiri.
Entah Pembunuhan dan Pelanggaran HAM tersebut dikarenakan Situasi yang sangat membingungkan dikarenakan TNI dan Polri juga baku tembak dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), entah yang mereka lakukan itu ada keperluan atau kesalahpahaman semata situasi di Papua sangat lah tidak Pasti bahwa bisa-bisa saja masyarakat lokal menjadi mata-mata/sumber informan bagi OPM.
Yang mengakibatkan kematian di anggota TNI dan Polri dengan serangan mendadak dilakukan OPM keadaan tersebutlah yang membuat rasa kepercayaan TNI dan Polri sangat bimbang dan waspada terhadap tingkah laku Masyarakat Lokal. Pendapat saya sebagai anggota TNI dan Polri yang terlatih dan berpendidikan seharusnya bisa memenangkan Hati masyarakat lokal untuk membantu misi kebajikan nya di Papua (walaupun Cuma sementara kalau ada kepentingan) kalau nggak ada yaudaa ngapain.
Opini saya yang satu lagi mengatakan bahwa Bisa saja pas baku tembak antara Pasukan TNI/POLRI dengan OPM ada peluru yang nyasar atau ada aktivitas warga di daerah konflik entah si warga ini sedang mencari sumber keberlangsungan hidup, dan desaku yang menimpa TNI dan Polri di fitnah/ yang melakukan Pembunuhan dan Pelanggaran HAM itu sebenarnya anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM). Ini hanya sebatas OPINI saya saja ya.