Oleh: Siti Shakira – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
KETERANGAN antara Taiwan dan Tiongkok semakin memanas dari tahun ketahunnya, ketegangan antara kedua negara tersebut memuncak pada saat Tiongkok akhirnya mengeluarkan suatu kebijakan yaitu “One China Policy” . kebijakan tersebut berisi terkait dengan tidak diakuinya Taiwan sebagai negara yang berdaulat dan merdeka Tiongkok.
Kebijakan ini dikeluarkan oleh Tiongkok dalam menegaskan bahwa hanya ada satu pemerintahan yang berdaulat yaitu Tiongkok. hal ini dikarenakan, Taiwan memisahkan diri dari Tiongkok sehingga menyebutkan bahwa ia merupakan negara dan bukan bagian dari Tiongkok. namun, dengan mengatakan bahwa ia merupakan negara tidak seluruh negara yang ada di dunia mengakui Taiwan sebagai negara yang berdaulat akibat dari keluarnya kebijakan One China Policy.
One China Policy, sebelumnya telah dideklarasikan oleh pemerintahan Tiongkok pada forum internasional. dan juga saat itu dinyatakan bahwa Taiwan telah mematuhi kebijakan One China Policy tersebut. ini dikarenakan Taiwan telah menyetujui kesepakatan konsensus bersama dengan Tiongkok pada tahun 1992 bertempat di Hongkong.
Maka dari itu, akhirnya Tiongkok beranggapan bahwa kebijakan One China Policy ini telah mutlak. tidak ada satupun yang dapat mengganggu gugat, bahkan Taiwan sekalipun. tetapi, mantan Presiden Taiwan yaitu Chen Shui bian tidak mengakui One China Policy tersebut. maka dari itu, Taiwan terus menerus berusaha agar dapat mencapai sampai di titik negara kedaulatan yang penuh tanpa adanya kendali dibawah Tiongkok.
Dibawah kepemimpinan Tsai Ing Wen, Taiwan menolak untuk mengakui ataupun dalam menerima kebijakan One China Policy tersebut. dan dengan tidak inginnya Tsai Ing Wen mengakui kebijakan One China Policy ini menimbulkan kemarahan oleh pemerintah Beijing. bahkan Beijing mengatakan bahwa Taiwan merupakan provinsi yang membangkang.
Diketahui, China bahkan mengirim sejumlah pesawat militer yang dimana pesawat tersebut untuk mengebom, kemudian juga adanya pesawat tempur dan juga pesawat angkut berat menuju kepada area milik Taiwan. Pada tahun 2021 diperkirakan ada sebanyak 600 penerbangan militer China yang melintas di ADIZ Taiwan.
Xi Jinping, yang merupakan Presiden dari Tiongkok kala itu telah mengatakan bahwa dirinya tidak akan ragu dalam melakukan perang militer, hanya untuk mempertahankan Taiwan. saat itu China benar-benar melakukan beberapa serangkaian aksi militer di selat Taiwan. diketahui China menembakkan rudal serta juga melakukan kegiatan sebuah pelatihan pendaratan pasukan amfibi.
Tidak hanya sampai disitu saja, China bahkan mempersiapkan divisi infanterinya di Provinsi Fujian, yang dimana letaknya ialah tepat di seberang negara Taiwan. jika melihat bagaimana kondisi kekuatan China yang diketahui lebih maju dibandingkan dengan Taiwan, bisa saja melakukan peperangan tersebut.
Tetapi, nyatanya China juga belum siap dalam waktu dekat ini. hal ini dikarenakan adanya hubungan antara Taiwan dan Amerika Serikat yang diketahui bahwa Amerika Serikat berada disisi Taiwan. China melihat seberapa besar kekuatan Amerika Serikat maka dari itu China belum siap dalam melakukan peperangan terhadap Taiwan.
Jika melihat kasus ini, hal inilah juga yang memberanikan Taiwan untuk tidak tunduk dalam kebijakan ‘Satu China’ atau yang biasanya disebut dengan One China Policy. karena merasa bahwa ada beberapa negara yang akan membantunya dari belakang maka ketakutan yang dimiliki oleh Tsai Ing Wen juga menurun.
Selain memperkuat hubungannya bersama dengan Amerika Serikat, Taiwan juga menguatkan kemitraannya dengan negara-negara lain. seperti, Australia dan juga Jepang. tetapi di satu sisi Tsai Ing Wen mengatakan bahwa dengan memperkuat kemitraan bersama dengan ketiga negara tersebut akan menimbulkan tekanan yang lebih besar dari China.
Walaupun sebelumnya ketegangan antara China dan Taiwan telah terjadi namun dengan berkembangnya hubungan antara Taiwan dan ketiga negara tersebut meningkatkan ketegangan antara China dan Taiwan.