Jadi Pembicara di AMF, Wali Kota Gorontalo Berbagi Keberhasilan Memajukan Daerah

Wali Kota Gorontalo, Marten Taha saat menjadi pembicara di Asean Mayors Forum (AMF) 2022 yang dilaksanakan di Kota Surabaya, Jum'at (7/10/2022). (Foto: Humas Pemkot Gorontalo)
Wali Kota Gorontalo, Marten Taha saat menjadi pembicara di Asean Mayors Forum (AMF) 2022 yang dilaksanakan di Kota Surabaya, Jum'at (7/10/2022). (Foto: Humas Pemkot Gorontalo)

Gorontalo – Wali Kota Gorontalo Marten Taha berbagi keberhasilan Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo dalam memajukan daerah di tengah pandemi Covid-19 menuju new normal.

Paparan keberhasilan Pemkot Gorontalo tersebut, dibagikan Marten Taha saat menjadi pembicara di ASEAN Mayors Forum (AMF) 2022 yang dilaksanakan di Kota Surabaya, Jumat (7/10/2022).

Bacaan Lainnya

“Kota Gorontalo merupakan kota terbesar dan terpadat penduduknya di wilayah Teluk Tomini atau Teluk Gorontalo. Sehingga menjadikan Kota Gorontalo sebagai pusat ekonomi, perdagangan dan jasa, pendidikan, hingga pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Indonesia Timur,” ujar Marten.

Kota Gorontalo berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo dan Teluk Tomini. Dengan luas wilayah 79,03 km² (0,65% dari luas Provinsi Gorontalo) dan pada akhir tahun 2021, memiliki jumlah penduduk sebanyak 201.587 jiwa, dengan kepadatan penduduk 2.551 jiwa per km2.

Marten menjelaskan, urbanisasi menjadi salah satu munculnya permasalahan di Kota Gorontalo karena pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, keterbatasan fiskal, kriminalitas, banjir, infrastruktur, krisis energi, bencana alam, krisis lingkungan, sampah, transportasi, birokrasi.

Marten mengatakan, suhu rata-rata Kota Gorontalo pada tahun 2019 berkisar antara 18,8° – 35,6°C dan kelembaban rataan 82,3 persen, curah hujan tertinggi sebesar 246 mm3. Sedangkan curah hujan terendah sebesar 9mm3, matahari menyinari selama 61,8 persen.

Selain itu, kata Marten, untuk topografi Kota Gorontalo sebagian besar berada di dataran rendah. Kecamatan yang berada di dataran rendah sering mengalami masalah genangan. Luas genangan Kota Gorontalo mencapai 96,32 Hektar. Untuk wilayah terluas terletak di kecamatan Kota Timur, Kelurahan Heledulaa selatan seluas 50 Hektar.

“Dan Kota Gorontalo merupakan bagian hulu pertemuan dua sungai besar di Provinsi Gorontalo. Yaitu Sungai Bone dan Sungai Bolango, sehingga bencana banjir sering kali terjadi, pada tahun 2020 terjadi 8 kali bencana dalam waktu yang berdekatan,” ucapnya.

Marten mengungkapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019 – 2024 yang telah direvisi pada akhir tahun 2021 dengan visi Sejahtera, Maju, Aktif, Religius, dan Terdidik (SMART) bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang andal di semua sektor publik, mengembangkan kualitas hidup masyarakat yang religius dan berbudaya.

Selanjutnya, strategi yang diambil Marten  yaitu menyediakan ruang ruang terbuka hijau, sistem pengolahan sampah terpadu, meminimalisir tingkat pencemaran udara.

“Kota Gorontalo sendiri memiliki Indeks Risiko Bencana sebesar 69.23 dengan kategori sedang, dengan risiko tinggi terhadap kebakaran hutan dan lahan. Risiko sedang terhadap gempa bumi, banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrim,” jelas dia.

Menurut dia, Kecamatan Kota Barat, Hulonthalangi, dan Dumbo Raya dengan 14 kelurahan di dalamnya merupakan wilayah yang paling rentan kejadian bencana, karena masuk dalam patahan lempeng bumi, dan tersebar di wilayah kecamatan Kota Barat dan Kecamatan Dumbo Raya.

“Kami sudah melakukan investasi infrastruktur Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) selang tahun 2017–2020 dengan total investasi sebesar Rp 21,72 miliar dimana 93,15% dari dana BPM dan 6,85% dari swadaya masyarakat,”kata dia.

Ada lagi program yang diarahkan Marten untuk mengurangi tujuh aspek kekumuhan yaitu bangunan gedung, jalan lingkungan, drainase, air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah, dan pengamanan kebakaran.

“Selain itu, penerima manfaat dan serapan tenaga kerja selang 2017 – 2020. Fokus Smart City di Kota Gorontalo yaitu pemerintah yang berfungsi sebagai pendengar. Serta, masyarakat sebagai partisipan kemudian dengan sistem yang menghubungkan antara pemerintah dan masyarakat,” tutup Wali Kota Gorontalo.

Pos terkait