Silaturahmi Kebangsaan: Cara Jaringan Gusdurian Membaca Pengalaman Beragama di Gorontalo

Jaringan Gusdurian menggelar silaturahmi Kebangsaan untuk memperkuat Kolaborasi Lintas Iman untuk merawat keberagaman dan inklusi sosial yang dilaksanakan di Aula Kantor Kementerian Agama Kota Gorontalo, Senin (7/11/2022)
Jaringan Gusdurian menggelar silaturahmi Kebangsaan untuk memperkuat Kolaborasi Lintas Iman untuk merawat keberagaman dan inklusi sosial yang dilaksanakan di Aula Kantor Kementerian Agama Kota Gorontalo, Senin (7/11/2022)

Gorontalo – Jaringan Gusdurian menggelar silaturahmi Kebangsaan untuk memperkuat Kolaborasi Lintas Iman untuk merawat keberagaman dan inklusi sosial yang dilaksanakan di Aula Kantor Kementerian Agama Kota Gorontalo, Senin (7/11/2022). Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Gorontalo dan berbagai perwakilan lintas iman yang ada di Kota Gorontalo menjadi peserta dalam kegiatan tersebut.

Forkopimda Kota Gorontalo yang turut hadir dalam kegiatan tersebut yaitu; Pemerintah Kota Gorontalo, Polres Gorontalo Kota, Kodim 1304 Gorontalo, Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo, Kementerian Agama Kota Gorontalo, Kesbangpol Gorontalo, Dinas Pendidikan Kota Gorontalo. Sementara, lintas iman yang turut hadir dalam kegiatan tersebut diantaranya; PCNU Kota Gorontalo, PD Muhammadiyah Kota Gorontalo, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, FKUB Kota Gorontalo, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK), Pengasuh Majelis Rasulullah, dan Pengasuh PP Alkhairaat Kota.

Bacaan Lainnya

Ada juga dari, Ahlul Bait Indonesia (ABI) Kota Gorontalo, Tuan Qadhi Kota Gorontalo, Tuan Qadhi Bone Bolango, Binthe Pelangi Gorontalo (BPG), Majelis Pengkaderan Tauhid Tasawuf (MPTT) Kota Gorontalo, Majelis Asybaalul Khairaat Kota Gorontalo, Majelis Turrobunur Kota Gorontalo, Kaum Ibu Katolik (KIK) Kota Gorontalo, GKI Kota Gorontalo, Care Out Loud, GPDI Gorontalo, Wanita Islam Alkhairaat (WIA) Kota Gorontalo, dan Gereja Katolik Kristoforus Kota Gorontalo,

Tak hanya itu, ada juga dari Gereja Protestan Indonesia Gorontalo (GPIG), Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Pengurus Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia Kota Gorontalo, Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi Indonesia (PERUATI) Gorontalo, Perwakilan Umat Tionghoa/ Pimpinan Klenteng Agung Harapan Kita, Yayasan Buddha Dharma Indonesia Gorontalo (YBDI)

Koordinator Gusdurian wilayah Sulawesi, Djemi Radji mengatakan, kegiatan ini merupakan silaturahmi lintas lembaga dan lintas agama untuk meminta tanggapan dan masukan dari berbagai pihak terkait situasi keberagaman yang ada di Kota Gorontalo. Menurutnya, ada beberapa situasi dan kasus yang di Kota Gorontalo yang perlu kita bicarakan bersama dalam menciptakan situasi inklusi di Kota Gorontalo.

Djemi tak ingin ada perilaku-perilaku intoleransi yang terus terjadi di Kota Gorontalo, sehingga melalui pertemuan yang dibuat ini, Gusdurian ingin membantu pemerintah dalam menciptakan situasi keberagaman yang inklusi. Apalagi, di Gorontalo pernah terjadi ada penolakan pembangunan rumah ibadah. Katanya, Gusdurian tak mau situasi intoleransi di Gorontalo menjadi landasan oknum-oknum tertentu dalam memanfaatkan politik identitas.

“Sehingga, melalui kegiatan ini kita perlu membicarakan hal-hal tersebut. Karena dengan perjumpaan, kita bisa saling memahami satu sama lain, serta bisa mengetahui kondisi keberagamaan di Gorontalo,” kata Djemi Radji saat memberikan sambutan.

Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, Jay Akhmad juga mengatakan hal yang sama. Ia menjelaskan, pertemuan yang dibuat ini dengan mengundang berbagai lembaga dan lintas iman ini merupakan kegiatan yang merawat keberagaman dengan bertukar pikiran dalam menciptakan situasi keagamaan yang inklusi. Menurutnya, potensi masalah intoleransi bisa dicegah dengan pertemuan lintas lembaga dan iman dengan mengklarifikasi semua informasi yang ada.

“Sehingga, kita dari jaringan Gusdurian meminta bantuan kepada bapak ibu sekalian untuk bertukar pikiran dalam menjaga situasi agama yang inklusi, apalagi dengan melihat dengan situasi politik. Kita tak ingin ada politik identitas yang tercipta karena akan membuat masalah keagamaan yang baru dan memicu masalah yang intoleransi,” kata Jay Akhmad saat memberikan sambutan dalam kegiatan tersebut.

Menurut Jay, lembaga pemerintah dan orang-orang yang mempunyai pengaruh yang besar perlu bertukar pikiran agar anak-anak mudah bisa mengikutinya dalam menjaga keberagaman yang ada. Katanya, hal itu merupakan tugas bersama agar semua masalah ini bisa diselesaikan dengan baik, dan potensi konflik agama bisa dimitigasi sejak awal. Bertukar pikiran adalah hal yang paling ampuh dalam menjaga keberagaman.

“Pertemuan-pertemuan ini adalah adalah salah satu cara Gus Dur dalam menjaga keberagaman yang ada, dan ini menjadi inspirasi Gusdurian untuk terus membuat pertemuan ini dengan berbagai lintas iman,” ucapnya

Dalam pertemuan itu, Samsi Pomalingo yang merupakan pembina Gusdurian Gorontalo menjadi fasilitator yang bertugas dalam memberikan ruang kepada lintas iman dan lembaga yang hadir dalam kegiatan itu untuk bercerita apa saja pengalaman beragama yang dialami di Gorontalo. Menurut Romo, nama sapaannya, Gusdurian ingin mengetahui apakah memang Gorontalo ini aman-aman saja dari segi keagamaan.

Pasalnya, berdasarkan survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) pada tahun 2017, Gorontalo menempati peringkat ke-2 dalam hal paham radikalisme. Menurut Romo, hal tersebut yang harus menjadi perhatian kita untuk mencari tahu, ada apa dengan Gorontalo dan melalui pertemuan ini Gusdurian ingin mencari semua itu.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Gorontalo, Misnawaty S. Nuna mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan yang dibuat oleh Gusdurian, karena sudah menghadirkan sebagai lembaga dan berbagai lintas iman. Katanya, dengan pertemuan itu, pihaknya juga bisa melakukan kolaborasi untuk menciptakan keberagamaan yang inklusif di Kota Gorontalo. Pasalnya, hal tersebut merupakan salah satu program prioritasnya yang disebut sebagai moderasi beragama.

“Kementerian agama mempunyai program moderasi beragama dengan tujuan agar warga Indonesia bisa menjadi warga yang toleransi dan terus melestarikan kearifan lokal yang ada. Kami sangat membutuhkan kolaborasi dalam mencapai tujuan itu, dari berbagai lembaga dan lintas iman,” kata Misnawaty S. Nuna

Ke depan, kata Misnawaty, pihaknya sangat membutuhkan peran lintas agama untuk mendukung semua program moderasi beragama. Salah satu program dalam moderasi Beragama adalah melakukan pendataan rumah ibadah, dan kasus yang terjadi. Data-data itu akan dibuat untuk mempermudah saat melakukan identifikasi semua agama-agama yang ada di Gorontalo. Ia berharap kolaborasi dalam merawat keberagaman dan inklusi sosial bisa terjaga dengan baik.

Kabag Kesra Pemerintah Kota Gorontalo, Matris Luku juga sangat mengapresiasi kegiatan yang dibuat oleh Gusdurian, karena telah membuat ruang bersama untuk semua lembaga dan lintas iman agar bisa hadir untuk membicarakan kondisi keagamaan di Gorontalo. Sebagai pemerintah, pihaknya sejak dahulu memberikan ruang sama sama kepada semua agama, tanpa melihat latar belakang keagamaan.

“Kami tetap akan memberikan ruang yang sama kepada semua keberagamaan yang ada, karena kita memiliki visi untuk membangun daerah secara bersama-sama, tidak hanya satu golongan yang ada. Ini adalah Komitmen Pemerintah Kota Gorontalo,” kata Matris Luku.

Matris mengajak semua lembaga dan lintas iman yang ada di Kota Gorontalo bisa terus bergandeng tangan dan berkolaborasi dalam menjaga keberagaman. Pemerintah Kota Gorontalo juga berkomitmen untuk tetap memberikan ruang yang sama dan tidak membeda-bedakan. Ia mengklaim, Gorontalo masih tinggi angka toleransi, dan dirinya tidak sepakat dengan hasil survey yang dibuat oleh BNPT dan FKPT pada tahun 2017 itu.

Pos terkait