Prof Usman Kaharu dan Istilah “NU Kepiting”

Prof Usman Kaharu
Prof Usman Kaharu

Oleh: Djemi Radji

Ketika mengenang Prof Usman–demikian kami memanggilnya, yang terbayang adalah istilah “NU Kepiting”. Istilah ini lahir atas bacaan Prof Usman terhadap kondisi kepengurusan Nahdlatul Ulama Gorontalo selama ini. Kepada kami, istilah ini ia sampaikan. “Orang-orang NU ini ibarat kepiting, terlihat bersatu lalu kemudian jalan sendiri-sendiri”, demikian kritik Prof Usman ketika kami datang silaturahim di kediamannya untuk meminta kesediaan beliau hadir pada satu dekade Haul Gus Dur, Januari 2020.

Bacaan Lainnya

Barangkali kritik ini pun masih relevan jika melihat kondisi Nahdlatul Ulama Gorontalo. Prof Usman dikenal sebagai salah satu tokoh Nahdlatul Ulama generasi ketiga di tahun 90-an dan salah satu pelopor lahirnya PMII di Gorontalo. Bersama Drs. H. Edi Bakari. Nasihat yang kami ingat saat itu, ialah; bahwa NU adalah organisasi sosial keagamaan yang sangat tepat setelah PMII.

Kiprah di NU dan PMII

Selain Ketua Tanfidziah NU Kota Gorontalo, ia adalah salah satu dari sekian tokoh NU di masanya yang mampu menggerakkan basis-basis NU hingga level majelis wakil cabang (kecamatan). Di masa kepengurusan Prof Usman, NU ‘kaya program’,  mengadakan pertemuan rutin secara swadaya. Setiap pengurus maupun warga NU yang akan hadir di setiap pertemuan, ada tradisi “depita” (membawa makanan dan minuman) untuk acara. 

Menggerakkan NU di Gorontalo sangatlah mudah, kuncinya adalah silaturahim. Baginya NU adalah wadah bagi para Nahdliyin untuk menjawab problem sosial-keagamaan. Ia menilai, NU Gorontalo dulu dan kini sangat berbeda. “Kalau dulu, informasi sangat update meski yang populer adalah telepon berbasis rumah. Padahal dunia sekarang, menurutnya, semakin canggih justeru tidak update informasi terkait agenda-agenda NU Gorontalo. 

Di PMII, ia adalah senior, guru dan salah satu pelopor lahirnya PMII di Gorontalo tahun 1965 era Drs.Hi.Edi Bakari selaku Ketua Cabang pertama. Di era kepeloporan PMII di masa Prof Usman dan para sahabat, PMII terus melakukan regenerasi, namun jarang didatangi. Namanya hanya sebagai pelengkap Surat Keputusan Organisasi di NU dan PMII, tapi jarang dimintai masukan dan pendapat. 

Ia menilai, “Kelemahan kader PMII saat ini adalah tidak ingin menyatu, sehingga tidak menyatu. Tidak ingin mengalah, padahal mengalah untuk menang.” (Apriyanto Rajak, Ontologi Pemikiran PMII, 2021)

Barangkali kita lupa, bagaimana pembelaan Prof Usman terhadap NU dan PMII dikala Presiden keempat KH Abdurrahman Wahid datang Gorontalo ditolak oleh sejumlah organisasi mahasiswa dan tokoh anti Gus Dur, termasuk pemukulan salah satu kader PMII oleh sejumlah orang di Sekretariat bersama NU dan PMII? 

Mendengar adanya penolakan kedatangan Presiden dan Insiden pengeroyokan kader PMII, Prof Usman tak tinggal diam. Konon, satu mobil kijang 4K minivan miliknya dipenuhi senjata tajam yang ia pinjam dari berbagai pengrajin senjata tajam. Diketahui, kelurahan dimana Prof Usman tinggal adalah daerah pengrajin senjata tajam. Senjata ini berhasil distribusi ke warga NU dan kader-kader PMII sebagai penjagaan agar Insiden tidak terulang kembali. Bagi Prof Usman, Gus Dur bukan hanya Presiden. Melainkan Ulama dan juga tokoh NU sangat dihormati di kalangan Nahdliyin. 

Sponsor Utama Haul Gus Dur

Kami ingat ketika datang berkunjung di kediaman Prof Usman di Jalan Sultan Botutihe, Padebuolo, Kota Timur adalah rangkaian dari agenda menuju satu dekade Haul Gus Dur, 2020. Selain silaturahmi, kami juga menyampaikan undangan agar ia bisa hadir pada Satu Dekade Haul Gus Dur yang digelar di Asrama Haji Gorontalo, dimana agenda ini akan dihadiri Putri Sulung Gus Dur, Alissa Wahid. Ia sangat antusias dan menawarkan apa yang ia bisa bantu untuk kesuksesan agenda itu. 

Kami menjawab, bahwa kehadiran Prof sangat diharapkan. Selain kehadiran, para tokoh yang yang akan hadir diminta untuk mengenang pemikiran dan  keteladanan Gus Dur semasa hidupnya. Mendengar rencana ini, Ia memantapkan niat dan siap hadir. Sebelum kami pamit pulang, ia menawarkan bantuan dana kepada panitia untuk dipergunakan keperluan acara. 

Kami berat menerima tawaran ini. Mengingat Prof sudah sangat sepuh dan terbatas beraktivitas. Itupun jika terpaksa, ditemani kursi roda kemanapun ia pergi. Baiknya, tawaran ini ditolak saja, Ia simpan untuk keperluan sehari-hari, kataku kepada kawan lain. Namun ia tetap pada pendirian bahwa bantuan itu wajib kami terima, kalau tidak, kami diminta untuk segera meninggalkannya dan tak boleh lagi datang berkunjung. 

Mendengar pernyataan itu, dengan terpaksa kami terima, mumpung panitia juga sangat butuh pendanaan. Mengingat agenda ini pasti banyak yang hadir dan harus sukses. Berkat bantuan yang diberikan Prof Usman, panitia Satu Dekade Haul Gus Dur punya modal untuk bikin kaos spesial haul. Tak hanya itu, seingat saya, Prof Usman juga adalah sponsor utama Haul Gus Dur yang digelar Gusdurian Bone Bolango, Desember 2021.

Selamat Jalan Prof, terima kasih atas kritik dan nasehatmu, lahumul Fatihah. 

Mohon hadiah fatihah untuk beliau.

Pos terkait